Proses
Pengairan Pada Lahan Rawa
Pemanfaatan
lahan rawa dapat dijadikan lahan alternatif untuk pengembangan pertanian,
meskipun perlu pengelolaan yang tepat, dukungan kelembagaan yang baik dan
profesional serta pemantauan secara terus menerus. Hal itu disebabkan karena
karakteristik dari ekosistem lahan rawa yang bersifat marjinal dan rapuh.
Jika
dilihat dari lingkungan sekitar tempat kunjungan menunjukkan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian di lahan rawa diperlukan pendekatan yang menyeluruh
menyangkut perbaikan lahan dan kemampuan sosial ekonomi masyarakat setempat.
Selain tanaman pangan seperti padi, palawija, dan umbi-umbian dan perkebunan
seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit, beberapa tanaman sayur mayur dan
buah-buahan dapat ditanam dengan pengelolaan yang baik. Akan tetapi
produktivitas tanaman yang dapat dicapai di lahan rawa sangat tergantung pada
tingkat kendala dan ketepatan pengelolaan. Prinsip penting yang harus
diterapkan jika akan berhasil bertani di lahan rawa adalah pengelolaan air atau
sering disebut tata air bukan hanya dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya banjir atau genangan yang berlebihan di musim hujan. Juga harus
dimaksudkan untuk menghindari kekeringan di musim kemarau. Selain itu, juga
untuk menghindari bahaya kekeringan lahan sulfat masam dan lahan gambut.
Setiap
tumbuhan pasti membutuhkan ketersediaan air yang cukup untuk proses tumbuh dan
berkembangnya tumbuhan tersebut. Pada kunjungan yang dilaksanakan di daerah
pemulutan terdapat lahan rawa yang kering dan kosong yakni tidak terdapat satu
pun tumbuhan. Lahan tersebut adalah lahan yang akan dijadikan area persawahan
oleh penduduk, namun saat musim kemarau menjadikan lahan tersebut tidak bisa
ditanam tanaman yang cocok. Pada lahan ini sengaja dibuat petak-petak kecil
yang bertujuan untuk membuat kebutuhan air yang diperlukan sama atau seimbang,
karena dalam suatu lahan atau wilayah tidak pasti rata, jika kebutuhan air
berbeda maka tanaman atau padi yang tumbuh tidak akan sama rata.
Untuk
melakukan pengelolaan air dalam suatu kawasan yang luas harus membuat jaringan
reklamasi sehingga keberadaan air bisa dikendalikan. Ada tiga jenis tata air
untuk lahan rawa yaitu tata air makro, tata air mikro, dan tata air dalam lahan
pertanaman. Seluruhnya terkait satu sama lainnya dan dilakukan pengelolaan dalam
suatu kawasan yang luas.
Oleh
karena kawasannya yang luas, maka pembangunan dan pemeliharaannya harus
dilaksanakan secara kolektif. meningkatkan kesejahteraan petani rawa. Pada
kasus ini, penduduk mencoba membuat kolam reseivoir yang dibuat di tengah
lahan. Dan pada saat musim kemarau lahan tersebut bisa ditanami tanaman
seperti, palawija, sayuran atau tanaman lain yang cocok.
Tata air makro
Lahan
rawa memerlukan tata air makro dengan membuat saluran drainase dan irigasi yang
terdiri atas saluran primer, sekunder, dan tersier. Saluran drainase dibuat
guna menampung dan menyalurkan air yang berlebihan dalam suatu kawasan ke luar
lokasi. Sebaliknya saluran irigasi dibuat untuk menyalurkan air dari luar
lokasi ke suatu kawasan untuk menjaga kelembaban tanah atau mencuci
senyawa-senyawa beracun.
Oleh
sebab itu, pembuatan saluran drainase harus dibarengi dengan pembuatan saluran
irigasi. Selain itu, perlu dibangun tanggul penangkis banjir di sepanjang
saluran karena drainase saja sering tidak mampu mengatasi luapan air musim
hujan. Kemudian diperlukan waduk retarder atau chek dam atau sering juga
disebut dengan kolam resivoir yang telah dibuat penduduk yaitu waduk yang
dibuat di lahan rawa lebak atau lebak peralihan.. Fungsi waduk ini untuk
menampung air di musim hujan, mengendalikan banjir, dan menyimpannya untuk
disalurkan di musim kemarau.
Selain
itu, juga diperlukan saluran intersepsi yang berfungsi untuk menampung
aliran permukaan dari lahan kering di atas lahan rawa. Letaknya pada perbatasan
antara lahan kering dan lahan rawa. Saluran ini sering dibuat cukup panjang dan
lebar sehingga menyerupai waduk panjang. Apabila ada kelebihan air akan
disalurkan melalui bagian hilir ke sungai sebagai air irigasi.
Tata air mikro
Tata
air mikro ialah pengelolaan air pada skala petani. Dalam hal ini, pengelolaan
air dimulai dari pengelolaan saluran tersier serta pembangunan dan pengaturan
saluran kuarter dan saluran lain yang lebih kecil. Saluran tersier umumnya
dibangun oleh pemerintah tetapi pengelolaannya diserahkan kepada petani. Pengelolaan
air di tingkat petani bertujuan untuk mengatur agar setiap petani memperoleh
air irigasi dan membuang air drainase secara adil. Untuk itu diperlukan
organisasi di tingkat desa. Kemudian, pengelolaan di tingkat petani juga
menciptakan kelembaban tanah di lahan seoptimal mungkin bagi pertumbuhan
tanaman serta mencegah kekeringan lahan sulfat asam dan lahan gambut.
Tata air dalam lahan
pertanaman
Kuarter
merupakan saluran di luar pertanaman yang paling kecil. Di dalam lahan, dibuat
saluran drainase intensif yang terdiri dari saluran kolektor dan saluran
cacing. Pengaturan lahan dapat ditata dengan sistem caren dan surjan. Pada
sistem ini saluran drainase intensif dibuat setelah selesai pembuatan. Sedangkan,
pada lahan yang ditata dengan sistem sawah dan tegalan, pembuatan saluran
setelah pengolahan tanah. Saluran kolektor dibuat mengelilingi lahan. Untuk
saluran kolektor yang berhubungan dengan saluran irigasi diberi pintu pada
bagian hulu. Sedangkan saluran kolektor yang berhubungan dengan saluran
drainase diberi pintu pada bagian hilir. Pintu cukup dibuat dengan cara
menggali tanggul dan dapat ditutup sewaktu-waktu dengan cara menimbun kembali. Sedangkan
posisi saluran cacing sebaiknya dibuat tegak lurus dengan saluran kolektor.
Untuk
proses pengairan tersebut air yang didapatkan oleh penduduk adalah dari sebuah
sungai yang dialirkan dalam sebuah bendungan kecil, dan bendungan itu
seharusnya bersih dari kotoran atau rumput yang tumbuh di sekitarnya yang
nantinya akan menghalangi aliran air untuk masuk ke dalam bendungan. Disetiap
bendungan dibuat pintu air yang berguna sebagai tempat keluar masuknya air
menuju bendungan. Pintu air sengaja dibuat tidak berhadap-hadapan, misalnya
pintu satu dibuat agak kekiri dan yang lainnya agak kekanan, maksudnya adalah
agar pada saat air mengalir dari sungai menuju bendungan tidak terjadi erosi.
Air
merupakan unsur penting bagi tanaman. Di samping berfungsi langsung dalam
proses pertumbuhan, air juga berfungsi dalam mengendalikan gulma, mencuci
senyawa-senyawa beracun, dan menyuplai unsur hara.
Sementara di sisi lain, air juga menjadi kendala jika keberadannya tidak diatur dan kualitasnya menjadi kurang baik atau beracun. Oleh sebab itu, pengelolaan air dalam pertanian lahan rawa perlu mendapatkan perhatian secara serius dan kolektif.
Sementara di sisi lain, air juga menjadi kendala jika keberadannya tidak diatur dan kualitasnya menjadi kurang baik atau beracun. Oleh sebab itu, pengelolaan air dalam pertanian lahan rawa perlu mendapatkan perhatian secara serius dan kolektif.
0 komentar on "Artikel Mekanika Fluida tentang Proses Pengairan Pada Lahan Rawa"
Posting Komentar