LAPORAN
TETAP PRAKTIKUM
ILMU
UKUR WILAYAH
OLEH
EKA
SULASTIA
05021181419096
PROGRAM
STUDI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDERALAYA
2015
LAPORAN
TETAP PRAKTIKUM
ILMU
UKUR WILAYAH
OLEH
EKA
SULASTIA
05021181419096
Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Lulus Dalam Praktikum Ilmu Ukur Wilayah
PROGRAM
STUDI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDERALAYA
2015
RIWAYAT HIDUP
Nama : Eka Sulastia
Nim : 05021181419096
Prodi / Jurusan : Teknik Pertanian / Teknologi Pertanian
Penulis merupakan anak
ketigadari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad dan Ibu Suwarni yang
lahir pada tanggal 10 Mei 1996 di Desa Pekuwolan Kecamatn Buay Rawan Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan. Ayah penulis bekerja sebagai seorang petani dan guru
ngaji sedangkan ibu penulis sebagai Ibu Rumah Tangga.
Riwayat pendidikan
penulis yaitu SDN Pekuwolan, MTs N Muaradua, SMA N 1 Muaradua. Berkat do’a
kedua orang tua, sekarang penulis menuntut ilmu di Universitas Sriwijaya
Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian.
Harapan penulis adalah
agar dapat menyelesaikan studi S1 nya dengan waktu yang cepat dan hasil
yangmemuaskan, supaya penulis dapat bekerja dan membantu orang tua. Karena
menurut penulis keluarga adalah segalanya.
Hobi penulis adalah
nonton, walau terkadang penulis sering lalai dalam kegiatan sehari-harinya karena
hobi tersebut.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
hanturkan kehadirat Allah SWT. karena atas
kelimpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tetap
Praktikum Ilmu Ukur Wilayah semester ini.
Laporan ini merupakan
hasil dari kegiatan praktikum Ilmu Ukur Wilayah Universitas Sriwijaya, dimana
laporan ini merupakan salah satu syarat mata kuliah Ilmu Ukur Wilayah semester
3.
Dengan selesainya
laporan ini, penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada seluruh asisten atas
segala bimbingan dan pengarahannya dalam penyusuna Laporan Tetap Ilmu Ukur
Wilayah. Penulis juga mengucapkan terimakasih untuk Bapak Ibu dosen mata kuliah
Ilmu Ukur Wilayah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya khususnya Ir.Rahmad
Hari Purnomo,M.Si yang juga telah membantu dalampenulisan laporan ini.
Laporan ini berisi
tentang pengenalan alat-alat ukur wilayah, misalnya theodolit. Laopran ini juga
menjelaskan tentang pengukuran titik detail, pembuatan garis kontur dan hal-hal
yang berhubungan dengan ilmu ukur wilayah.
Sangat dibutuhkan kritik dan saran
dari pembaca guna memperbaiki laporan yang mungkin belumsempurna ini.
Semoga laopran ini berguna bagi mahasiswa
Fakultas Pertanian khusunya mahasiswa jurusan Teknik Pertanian yang
membutuhkan.
Inderalaya,
6 November 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Daftar
isi......................................................................................................Halaman
Lembar
Persyaratan..................................................................................................i
Lembar
Pengesahan.................................................................................................ii
Riwayat
Hidup........................................................................................................iii
Kata
Pengantar........................................................................................................iv
Daftar
isi..................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Ilmu Ukur
Wilayah.....................................................................................3
2.2 Alat-alat Ilmu Ukur
Wilayah......................................................................5
2.2.1 Theodolit..........................................................................................5
2.2.2 Tripod...............................................................................................9
2.2.3 Meteran..........................................................................................10
2.2.4 Payung............................................................................................12
2.2.5 Jalon...............................................................................................12
2.2.6 Papan ukur......................................................................................13
2.3 Polygon.....................................................................................................13
2.4 Kontur.......................................................................................................19
2.5 Skala dan
Peta..........................................................................................20
2.5.1
Skala..............................................................................................20
2.5.2 Peta................................................................................................22
BAB 3 PELAKSANAAN
PRAKTIKUM...........................................................28
3.1 Waktu dan
Tempat...................................................................................28
3.2 Alat dan
Bahan.........................................................................................28
3.3 Cara
Kerja.................................................................................................28
BAB 4 HASIL DAN
PEMBAHASAN...............................................................31
4.1
Hasil..........................................................................................................31
4.1.1 Tabel Pengukuran Titik
Detail (Polygon) Fakultas Pertanian....31
4.1.2 Perhirungan Persen
Error...............................................................44
4.1.3 Tabel Hasil Pengukuran
Titik Detail HPT……………….............53
4.1.4 Perhitungan Persen Error
(Kontur)…............................................57
4.1.5 Tabel Titik Detail dekanat
(Kontur )............................................59
4.1.6 Perhitungan Persen Error
Kontur ...............................................61
4.2
Pembahasan...............................................................................................63
BAB 5 KESIMPULAN DAN
SARAN................................................................65
5.1
Kesimpulan...............................................................................................65
5.2
Saran..........................................................................................................66
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................67
LAMPIRAN...........................................................................................................68
v
MOTTO, PESAN DAN KESAN
Motto:
“ Menjadikan hari esok lebih baik
dari hari ini ”
“ jangan mengingat apa yang kamu
beri tapi ingatlah apa yang mereka beri “
Pesan:
Herus lebih konsekuensi terhadap waktu yang telah ditetapkan
dan hukuman yang diberikan harus sesuai tidak melihat siapa yang melakukan.
Kesan:
Dengan adanya praktikum
Ilmu Ukur Wilayah ini kita bisa mengerti betapa berharganya waktu, walaupun
terkadang masih ada baik praktikan maupun asisten yang sering terlambat. Dalam
praktikum ini kedisipilinan sangat di utamakan, kebersamaan juga bisa terwujud
antara asisten dan praktikan. Terimakasih banyak kepada asisten yang telah
mengajarkan kami untuk bisa saling menghargai.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses pembangunan pengukuran,
tanah merupakan bagian terpenting sebelum dilakukanya proses pembangunan.
Pengukuran tanah dan teknik pemetaan menjadi sesuatu hal yang tidak dapat
ditinggalkan, terutama untuk pembangunan fisik. Maka dari itu praktikum ilmu
ukur wilayah sangat penting sebagai bekal para mahasiswa teknik yang kelak
masuk ke dalam lapangan kerja, terutama dalam bidang pembangunan.
Ilmu ukur wilayah merupakan bagian
dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan
di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan
buminya dapat diabaikan.Dalam pengukuran di lapangan sering kali terjadi kesalahan-kesalahan
yang berasal dari factor alat, factor manusia, dan factor alam. Maka dari itu
melalui praktikum ilmu ukur tanah ini kita bisa menyikapi dan mengatasi
kesalahan-kesalahan tersebut agar tidak terjadi kerancuan dalam memperoleh
data. Sehingga untuk ke depannya kita bisa menerapkan praktik ilmu ukur wilayah
ini dalam dunia kerja dengan sebaik mungkin.
Ilmu geodesi mempunyai dua maksud :
a. Maksud
ilmiah
: menentukan bentuk permukaan bumi
b. Maksud
praktis : membuat
bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian
kecil permukaan bumi.
Seperti yang kita ketahui bahwa bumi
ini tidaklah rata, melainkan cenderung bergelombang dikarenakan bumi terdiri
dari pegunungan, perbukitan dan lembah. Maka untuk dapat menggambarkan bagian
permukaan bumi ini diperlukan suatu bidang perantara yang sedemikian rupa
dibuat hingga pemindahan keadaan itu dapat dilakukan dengan lebih mudah. Ilmu
ukur tanah merupakan salah satu mata kuliah pada semester 3 di Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Sriwijaya. Secara sederhana,
mata kuliah ini mempelajari tentang pengertian pemetaan dan bagian cara
memetakan.
Oleh karena itu, mahasiswa diharuskan
melaksanakan praktikum ilmu ukur wilayah. Materi serta Praktikum Ilmu ukur tanah sangat bermanfaat untuk mengetahui
letak kedataran dan kemiringan tanah. Karena tanah merupakan dasar tempat untuk
terbuatnya suatu bangunan. Jika kita tidak mengetahui kedataran tanah maka
bangunan yang akan kita buat tidak sesuai dengan yang diinginkan. Selain dapat
mengetahui letak dasar tanah kita juga dapat mengaetahui cara menggunakan
alat-alat ukur tanah seperti : waterpass, tripod, theodolit dsb. Dari praktikum
tersebut kita bisa menentukan letak kedataran dari kemiringan suatu tanah.
1.2
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari
praktikum Ilmu Ukur Wilayah ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan
memahami dengan baik bagaimana menggunakan alat Theodolit, mengukur poligon,
mengolah data, dan penggambaran peta Kontur. Sedangkan tujuan dari diadakannya
pratikum Ilmu Ukur Wilayah, sebagai berikut :
1. Mengenal dan
mengetahui cara penggunaan pesawat ukur wilayah yaitu Theodolit
2. Untuk
mengetahui pengukuran sudut suatu lokasi serta curaman- curamannya dengan alat
theodolit yang digambarkan di atas bidang datar.
3. Dapat
mengolah hasil pengukuran, kemudian menggambarkannya dalam bentuk polygon dan
peta kontur.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Ilmu Ukur Wilayah
Ilmu Ukur Wilayah adalah suatu cabang dari ilmu Geodesi yang
mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi. dengan cara melakukan
pengukuran-pengukuran guna mendapatkan gambar peta. Pengukuran yang di lakukan
terhadap titik-titik detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi
horizontal (x,y) maupun posisi vertikal nya (z) yang diferensikan terhadap
permukaan air laut rata-rata. Agar titik-titik di permukaan bumi yang tidak
teratur bentuknya dapat di pindahkan ke atas bidang datar maka di perlukan
bidang perantara antara lain : bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar
(untuk luas wilayah 55 km).
Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat
dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan
melalukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisik. Dengan
perkembangan teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi
dengan metoda pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui
program-program pertanahan dan ruang angkasa.
Ilmu ukur Wilayah adalah ilmu tentang pengukuran
terhadap permukaan bumi. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang
mendatar untuk mendapatkan hubungan mendatar titik yang diukur permukaan bumi
dan pengukuran-pengukuran tegak, guna mendapat hubungan tegak antar titik-titk
yang diukur (Wongsotjitro: 1967).
Ilmu ukur tanah adalah
bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan
bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relative atau absolute
titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi
kebutuhan seperti pemetaan dan penetuan posisi relative suatu daerah. Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan wilayah dapat dianggap
sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan melalukan
proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis. Untuk
memperoleh data-data lapangan baik jarak maupun sudut, dalam praktikum ini kami
menggunakan alat perantara yaitu
theodolit. Dengan theodolit, kita dapat mengukur jarak dan
skalanya, serta membuat garis kontur (Gayo, dkk : 1983).
Pengukuran
bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan : letak geografis, bentuk geometris,
luas, situasi bidang tanah untuk lampiran sertifikat, pembuatan peta
pendaftaran dan selain itu untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai
unsur rekontruksi batas apabila karena sesuatu hal batas-batas bidang tanah
tersebut hilang, dapat direkontruksi kembali pada posisi semula sesuai
batas yang telah ditetapkan (Fajar, Gs. 2010).
Ilmu ukur wilayah (surveying) adalah
sebuah metode pengukuran titik-titik dengan memanfaatkan jarak dan sudut di
antara setiap titik tersebut pada suatu wilayah dengan cermat.Berbagai titik
tersebut biasanya adalah permukaan bumi dan digunakan untuk membuat sebuah
peta, batas wilayah suatu lahan, lokasi konstruksi, dan tujuan lainnya.Ilmu
ukur wilayah juga merupakan sebuah pekerjaan.Surveyor menggunakan berbagai
elemen matematika seperti geometri dan trigonometri, juga fisika dan keteknika.Survei atau
pengukuran tanah adalah ilmu teknik dan akurat menentukan atau tiga-dimensi
posisi terrestrial poin dan jarak dan sudut antara mereka. Titik-titik ini
biasanya di permukaan bumi , dan
mereka sering digunakan untuk menetapkan lahan peta dan
batas-batas untukkepemilikan atau
tujuan pemerintah (Hendro,S, 2008).
Pengukuran
bidang tanah dapat dilakukan secara terestrial, fotogrametrik, atau metoda
lainnya. Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukurtheodolite berikut
perlengkapannya seperti: pita ukur, baak ukur, electronic distance measurement
(EDM), GPS receiver, dan lain sebagainya (Ban Botak, 2010).
Gambar Ukur
di dalam surat ukur harus sesuai dengan keadaan fisik di lapangan. Dan bila
tidak sesuai dengan keadaan di lapangan itu berarti Sertifikat tidak sah. Di
dalam pengukuran sebidang tanah atau beberapa bidang tanah, petugas ukur akan
mengajak pemohon yang akan mensertifikatkan tanah dan juga akan mengundang
tetangga (pemilik tanah yang bersebelahan) untuk menyaksikan pengukuran. (Asas
Kontradiktur Delitimasi). Tujuan petugas ukur mengundang tetangga (pemilik
tanah) yang berbatasan adalah untuk menunjukan batas-batas tanahnya agar tidak
terjadi kesalahan dalam penetapan batas dan tidak salah dalam pengukuran
(Alitawana, 2009).
Pengukuran
bidang tanah secara sporadik adalah proses pemastian letak batas satu atau
beberapa bidang tanah berdasarkan permohonan pemegang haknya atau calon
pemegang hak baru yang letaknya saling berbatasan atau terpencar-pencar dalam
satu desa/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara
sporadik. (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah)
(Ekky Putra, 2009).
2.2 Alat-alat Praktikum Ilmu Ukur Wilayah
Adapun
alat – alat ukur yang digunakan dalam ilmu ukur wilayah yaitu:
2.2.1 Theodolite
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang
digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan
sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada
piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca
dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
Pengukuran-pengukuran
dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan,
dengan menetukan tempat titik-titik di atas permukaan bumi terhadap satu sama
lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan tegak
lurua, mendatar diperlukan sudut-sudut yang harus diukur dengan menggunakan
teodolite.
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila
situs yang akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama
bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar.
Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat
dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997) Instrumen pertama lebih
seperti alat survey theodolit benar adalah kemungkinan yang dibangun oleh
Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl) di Jerman pada 1576, lengkap dengan
kompas dan tripod. Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus
dengan penuh lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang
paling sering setengah lingkaran.
Pengukuran sudut Azimuth dapat diukur dengan bantuan kompas
yang ada pada pesawat theodolit (lihat gambar 8b.), metoda ini dapat dilakukan
dengan cara memposisikan kompas pada arah utara magnetis, kemudian set 0 pada
keadaan tersebut. Yang dibaca pada skala lingkaran mendatar adalah suatu sudut
yang dinamakan azimuth, dan karena menggunakan ujung utara jarum magnit,
dinamakan pula azimuth magnetis. Azimuth adalah suatu sudut yang dimulai dari
arah utara, searah putaran jarum jam, dan diakhiri pada ujung obyektif garis
bidik atau garis yang dimaksud, dan yang besarnya sama dengan angka pembacaan
(Wongsotjitro, Soetomo. 1967).
2.2.1.1 Bagian-bagian Theodolite
Secara
umum, konstruksi teodolit terbagi atas tiga bagian :
1. Bagian Atas, terdiri dari :
1. Bagian Atas, terdiri dari :
a. Teropong / telescope
b.Lingkaran skala tegak
c.Nivo tabung
d.Nivo kotak
e. sekrup okuler dan
obyektif
f. umbu mendatar ( sb.
II )
g. Sekrup gerak
vertikal
h. Sekrup gerak
horizontal
i. Teropong bacaan
sudut vertical dan horizontal
j. Sekrup pengunci
teropong
k. Sekrup pengunci
sudut vertical
l. Sekrup pengatur
menit dan detik
m. Sekrup pengatur
sudut horizontal dan vertikal
2. Bagian tengah,
terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada
bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu
diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran
yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi
lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2
kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo
tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari
kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya.
Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan
hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu
suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu
lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Bawah terdiri dari :
a. Lingkaran skalamendatar
b. Sekrup repetisi
c. Tiga sekrup penyetel nivo kotak
d. Tribrach
e. Kiap
f. Unting – unting
g. Statif / Trifoot
h. Sekrup pengunci pesawat dengan statif
Bagian-bagian
yang penting dari alat theodolit beserta fungsinya:
1.
Pembantu
Visir : Berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu membantu mengarahkan teropong
ke target , untuk membantu pembidikan secara kasar.
2.
Lensa
Obyektif : Berfungsi untuk menangkap bayangan obyek / target .Lensa positif
yang memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil
3.
Klem
Sumbu II : berfungsi untuk pengunci sumbu II
4.
Sumbu
II : Berfungsi sebagai poros perputaran teropong terhadap sumpu putar
horizontal.
5.
Nivo
Teropong : Digunakan untuk membentuk garis bidik mendatar. Pada kebanyakan
theodolite yang baru, nivo teropong sudah tidak ada lagi.
6.
Ronsel
Lensa Tengah : berfungsi menggerakkan limbus dengan perlahan pada saat klem
limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan ke target).
7.
Reflektor
Sinar : berfungsi untuk menangkap cahaya dan memantulkannya ke mikroskop
pembacaan lingkaran horisontal, sehinga bisa terbaca
8.
Microskop
Bacaan Lingkaran Horisontal A : berfungsi sebagai tempat pembacaan arah
horizontal.
9.
Klem
Horisontal : berfungsi sebagai klem pembuka atau pengunci lingkaran horizontal.
10. Skrup Penggerak Halus Alhidade
Horisontal : berfungsi menggerakkan teropong arah horisontal dengan perlahan
pada saat klem horisontal dikunci
11. Penggerak Halus Limbus : berfungsi
menggerakkan limbus dengan perlahan pada saat klem limbus dikunci (membantu
menepatkan bidikan ke target).
12. Skrup Penyetel ABC : berfungsi untuk
menyeimbangkan nivo kota guna pembuatan sumbu I vertikal.
13. Plat Dasaran / Tatakan : sebagai
plat penyangga seluruh bagian alat
14. Kepala Statif : merupakan bagian dari
statif. Tempat dudukan pesawat Theodolite.
15. Kaki Statif : bagian dari statif.
Alat yang digunakan untuk berdirinya pesawat Theodolite.Bagian bawahnya
berbentuk lancip,berfungsi supaya kaki statif menancap ke tanah dengan kuat
agar pesawat tidak jatuh.
16. Penggantung Unting – unting :
Digunakan untuk memasang tali unting-unting.
17. Baut Instrumen : Pengencang antara
pesawat theodolite dan statif
18. Nivo Alhidade Horisontal : digunakan
untuk membuat sumbu I vertical secara halus, setelah dilakukan pendekatan dengan
nivo kotak.
19. Skrup Koreksi Nivo Alhidade
Horisontal : berfungsi menyeimbangkan nivo Alhidade horizontal.
20. Mikroskop pemb. Lingkaran Horisontal
B : Mikroskop yang digunakan untuk membaca sudut lingkaran horizontal
21. Skrup Penggerak Halus Vertikal
berfungsi menggerakkan teropong arah vertikal secara perlahan pada saat klem
teropong dikunci.
22. Lensa Okuler : Lensa negatif sebagai
lensa mata.
23. Ring Pelindung Diafragma : berfungsi
sebagai pelindung diafragma
24. Mikroskop pembacaan Lingkaran
Vertikal : tempat pembacaan Iingkaran vertikal.
25. Tabung Sinar : membantu menyinari
Iingkaran vertical
26. Piringan Lingkaran Vertikal : Adalah piringan
dari metal atau kaca tempat skala lingkaran. Lingkaran ini berputar bersama
teropong dan dilindungi oleh alhidade vertical.
2.2.2 Tripod
Tripod merupakan alat pennyangga berkaki
tiga untuk di letakannya alat ukur theodolit. Tripod di sebut juga kaki tiga
karena tripod tersusun atas tiga tiang yang saling berikatan. Cara
menggunakannya, dengan membuka ketiga kaki tersebut. kemudian atur ketinggian
tripod sesuai yang diinginkan. Kemudian pasang alat ukur theodolit.
Gambar Tripod
Secara umum Tripod terdiri atas :
1. Bubble/Head : bagian atas kepala
tempat kedudukan sepatu kamera (shoe),water pass, dan lock-off-on.
2. Plate : tempat untuk kedudukan
kamera
3. Shoe : tempat untuk kedudukan kamera
setelah dipasang plate
4. Pan Handle : Stick yang berfungsi
menggerakan kamera kekanan-kiri dan keatas-bawah.
5. Lock on-off : berfungsi membuka dan
mengunci gerakan kamera.
6. Legs : Sebutan untuk kaki tripod
7. Spider : berfungsi sebagai pengait
legs, sehingga kedudukan tripod lebih kuat.
2.2.3 Meteran
Meteran juga dikenal
sebagai pita ukur atau tape atau bisa disebut juga sebagai Roll Meter ialah
alat ukur panjang yang bisa digulung, dengan panjang 25 – 50 meter. Meteran ini sering
digunakan oleh tukang bangunan atau pengukur lebar jalan. Ketelitian pengukuran
dengan rollmeter hingga 0,5 mm. Roll Meter ini pada umumnya dibuat dari bahan
plastik atau plat besi tipis. Satuan yang dipakai dalam Roll Meter yaitu mm
atau cm, feet tau inch. Pita ukur atau Roll Meter tersedia dalam ukuran panjang
10 meter, 15 meter, 30 meter sampai 50 meter. Pita ukur umumnya dibagi pada
interval 5 mm atau 10 mm.
Roll Meter juga memiliki daya muai dan daya regang. Daya muai ialah tingkat pemuaian dikarenakan perubahan suhu udara. Dan daya regang ialah perubahan panjang disebabkan regangan atau tarikan. Daya muai dan daya regang meteran dipengaruhi oleh jenis Roll Meter, yang di bagi berdasarkan bahan yang dipakai dalam pembuatannya.
Roll Meter juga memiliki daya muai dan daya regang. Daya muai ialah tingkat pemuaian dikarenakan perubahan suhu udara. Dan daya regang ialah perubahan panjang disebabkan regangan atau tarikan. Daya muai dan daya regang meteran dipengaruhi oleh jenis Roll Meter, yang di bagi berdasarkan bahan yang dipakai dalam pembuatannya.
Berfungsi
untuk mengukur jarak atau panjang. Meteran juga berguna untuk mengukur sudut,
membuat sudut siku-siku, dan juga dapat dipakai untuk membuat lingkaran. Pada ujung
pita dilengkapi dengan pengait dan diberi magnet agar lebih mudah ketika sedang
melakukan pengukuran, dan pita tidak lepas ketika mengukur. Cara pemakaian /
pengukurannya tinggal merentangkan meteran ini dari ujung yang satu ke ujung
yang berbeda yaknik ke objek yang akan diukur. Akan tetapi untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat alangkah baiknya bila dilakukan oleh dua orang, orang
pertama memegang ujung awal meteran dititik yang pertama dan meletakkannya
tepat di angka nol pada meteran dan orang yang kedua memegang rol meter menuju
ke titik pengukuran lainnya, lalu tarik meteran selurus mungkin dan letakkan
meteran di titik yang di tuju dan baca angka pada meteran yang tepat dititik
yang dituju. Teknik ini memiliki keterbatasan pada pengontrolan besar sudut
yang di dapatkan dari hasil pengukuran dari kedua titik. Tingkat ketelitian
Roll meter yaitu 0,5 mm.
Posisi arah
pandangan kedua mata harus lurus dan tepat ke Roll meter.Lihat ada skala yang
ada pada roll meter. Baca hasilnya. Bagian-bagiannya yaitu : Kotak meteran, Meteran/Pita
besi tipis, Plat stainless pada ujung titik meteran, Gantungan pada kotak
meteran. Alat ini telah dikalibrasi bersamaan dengan proses pumbuatanny, hal
ini memudahkan kita karena kita bisa langsung menggunakannya langsung.
Gambar Meteran
2.2.4 Payung
Payung adalah suatu benda
pegang yang digunakan untuk mencegah hujan mengguyur tubuh seseorang. Juga digunakan untuk menciptakan
bayang-bayang dan mencegah terpaparnya orang oleh sinar matahari. Payung yang
digunakan untuk menahan cahaya matahari disebut parasol.
Dalam
praktikum Ilmu Ukur Wilayah Payung digunakan untuk menghindari terjadinya
undulasi pada saat pengukuran thodolit.
Gambar Payung
2.2.5 Jalon
Alat ini berwarna
merah-putih dari bahan kayu atau alumunium.yang
dibulatkan dan biasanya berukuran panjang 160-200 cm.
Fungsi dari tongkat ini dalah untuk pelurusan. Tongkat
ini terdiri atas 4 bagian: 2 merah, 2 putih berselang seling dan setiap bagian
50 cm. Setiap ujung tongkat kayu ini dipasang besi yang lancip agar mudah
ditancapkan kedalam tanah. Apabila tongkat tersebut tidak dapat ditancapkan,
misalnya pada jalan aspal, maka dapat digunakan bantuan tripot (standar
kakitiga) untuk menegakkannya.
Jalon adalah tiang atau tongkat yang
akan ditegakkan pada kedua ujung jarak yang diukur. Jalon terbuat dan kayu,
besi (pipa besi), yang merupakan tongkat berpenampang bulat atau segitiga sama
sisi dengan sisi 4 cm. Pada bagian bawah jalon diberi sepatu besi agar tidak
cepat rusak. Jalon dapat pula berfungsi untuk menemukan kembali titik yang
berada di kejauhan, misalnya untuk diarahkan kepadanya dengan sifat datar.
Panjang jalon yaitu 2 atau 3 meter dengan tebalnya kira-kira 30 mm (3 cm).
Bentuk jalon bulat lebih banyak dipakai karena sudut pandangan dari semua arah
adalah sama.
Gambar Jalon
2.2.6 Papan
Ukur
Berbagai jenis dan ukuran rambu yang diproduksi oleh masing-masing
produsen alat ukur. Hal yang perlu diperhatikan dari rambu adalah :
a.
Skala
rambu dalam cm atau mm atau interval jarak pada garis-garis dalam rambu tersebut
setiap berapa cm atau berapa mm.
b.
Skala
dari rambu, terutama pada daerah sambungan rambu harus benar.
c.
Rambu
berdiri tepat di atas target, posisi tegak lurus dengan arah bacaan menghadap actor
theodolit yang sedang membidik.
2.3 Polygon
Poligon merupakan kerangka dasar pemetaan
yang memperlihatkan posisi horisontal (X,Y) antara satu titik relatif terhadap
titik yang lain di permukaan bumi pada bidang datar. Untuk mendapatkan posisi
horisontal dari KKH dapat digunakan banyak metode, salah satu metode penentuan
posisi horisontal yang sering digunakan adalah metode poligon.
Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi horisontal
banyak titik dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan
sudut sehingga membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (polygon). Pada
penentuan posisi horisontal dengan metode ini, posisi titik yang belum
diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui koordinatnya
dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon.
2.3.1 Macam-macam Polygon
Poligon dapat dibedakan berdasarkan
dari (1) bentuk dan (2) titik ikatnya.
- Poligon Menurut Bentuknya
Berdasarkan
bentuknya poligon dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :
- poligon terbuka,
- tertututup,
- bercabang dan
- kombinasi.
- Poligon Terbuka
Poligon
terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang
berlainan (tidak bertemu pada satu titik).
- Poligon Tertutup
Poligon
tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu
pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan koreksi
koordinat tetap dapat dilakukan walaupun tanpa titik ikat.
- Poligon Bercabang
Poligon
cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau lebih titik simpul,
yaitu titik dimana cabang itu terjadi.
- Poligon Kombinasi
Bentuk
poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari bentukbentuk poligon
yang ada.
2.
Poligon Menurut Titik Ikatnya
1.
Poligon Terikat Sempurna
Suatu
poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila
diketahui koordinat dan jurusannya minimum 2 buah titik ikat dan tingkatnya
berada diatas titik yang akan dihasilkan.
- Poligon tertutup terikat sempurna :
Poligon
tertutup yang terikat oleh azimuth dan koordinat.
- Poligon terbuka terikat sempurna :
Poligon
terbuka yang masing-masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat.
2.
Poligon Terikat Tidak Sempurna
Suatu
poligon yang terikat tidak sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titik ikat
tersebut diketahui koordinatnya atau hanya jurusannya.
- Poligon tertutup tidak terikat sempurna :
Poligon
tertutup yang terikat pada koordinat atau azimuth saja.
- Poligon terbuka tidak terikat sempurna :
- Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja, sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali. Poligon semacam ini dapat dihitung dari azimuth awal dan yang diketahui dan sudut-sudut poligon yang diukur, sedangkan koordinat dari masingmasing titiknya masih lokal.
- Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja, sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali.Poligon semacam ini dapat dihitung dengan cara memisalkan azimuth awal sehingga masing-masing azimuth sisi poligon dapat dihitung, sedangkan koordinat masing-masing titik dihitung berdasarkan koordinat yang diketahui. Oleh karena itu pada poligon bentuk ini koordinat yang dianggap betul hanyalah pada koordinat titik yang diketahui (awal) sehingga poligon ini tidak ada orientasinya.
- Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat. Poligon jenis ini dapat dikatakan satu titik terikat secara sempurna namun terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut maupun koreksi koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah benar.
- Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth. Pada poligon jenis ini ada koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik poligon adalah koordinat lokal.
- Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.
- Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimuth. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut dan koreksi koordinat.
- Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat saja, sedangkan ujung yang lain terikat koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.
- Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth. Poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.
- Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth. Jenis poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.
3.
Poligon Tidak Terikat/Bebas
- Poligon tertutup tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas)
- Poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas), pengukuran seperti ini akan terjadi pada daerah-daerah yang tidak ada titik tetapnya dan sulit melakukan pengukuran baik dengan cara astronomis maupun dengan satelit. Poligon semacam ini dihitung dengan orientasi lokal artinya koordinat dan azimuth awalnya dimisalkan sembarang.
Cara
Pengukuran :
- Memasang alat theodolit pada titik awal dan aturlah alat tersebut.
- Posisi teropong biasa arahkan alat pada titik sebelumnya (titik tetap, bila ada) dan kemudian pada titik selanjutnya, putarlah teropong pada posisi luar biasa arahkan ke titik seperti pada posisi teropong biasa.
- Ukurlah jarak antar titik secara langsung dengan pita ukur.
- Kemudian pindahkan alat theodolit ke titik selanjutnya, lakukan langkah 1 s.d 3, demikian seterusnya sampai titik terakhir apabila poligon terbuka dan kembali ke titik awal apabila poligon tertutup.
Cara
Perhitungan :
- Hitunglah azimuth awal dan akhir apabila diketahui.
- Hitunglah salah penutup sudut.
- Koreksikan masing-masing sudut pengukuran.
- Hitunglah azimuth masing-masing titik/arah.
- Hitunglah selisih absis (ΔX ) dan selisih ordinat (ΔY )
- Hitung salah penutup absis dan salah penutup ordinat.
- Koreksikan masing-masing selisih absis dan selisih ordinat.
- Hitung koordinat masing-masing titik.
2.4 Skala, Peta dan Garis
Kontur
2.4.1 Skala
Skala pada peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak
sesungguhnya dari wilayah yang digambarkan dalam peta. Ada beberapa cara untuk
menunjukkan perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya
tersebut. Skala sangat berguna untuk menghitung jarak antara dua lokasi di
dalam peta, sehingga memungkinkan kita untuk dapat langsung mengukur jarak
dengan hanya melihat pada peta tanpa harus mendatangi langsung lokasi dan
mengukurnya.Skala Nominal
Skala nominal Merupakan skala yang hanya membedakan
kategori berdasarkan jenis atau macamnya.Skala ini tidak membedakan kategori
berdasarkan urutan atau tingkatan. Misalnya adalah jenis kelamin terbagi
menjadi laki-laki dan perempuan.
·
Jenis-jenis Skala Pada Peta
1. Skala Nominal
Merupakan skala yang hanya membedakan kategori
berdasarkan jenis atau macamnya Skala ini tidak membedakan kategori berdasarkan
urutan atau tingkatan. Misalnya adalah jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
2. Skala Ordinal
Merupakan skala yang membedakan kategori
berdasarkan tingkat atau urutan. Misalnya, membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang,
dan pendek
3. Skala Interval
Merupakan skala yang membedakan kategori dengan selang
atau jara tertentu dengan jarak antar kategorinya sama. Skala interval tidak
memiliki nilai nol mutlak. Misalnya, membagi tinggi badan sampel ke dalam
4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169, dan 170-179.
4. Skala Rasio
Merupakan penggabungan dari ketiga sifat skala
sebelumnya. Skala rasio memiliki nilai nol mutlak dan datanya dapat dikalikan
atau dibagi. Akan tetapi,
jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Misalnya, tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173,
164, 165, 152.
· Kelebihan dan Kekurangan
Penggunaan skala untuk membedakan kategori
yang satu dengan yang lain sangatlah praktis. Perbandingan antara kategori yang ada dapat
secara jelas terlihat. Sedangkan, kekurangannya ialah skala yang lebih tinggi
(rasio dan interval) dapat diubah dalam skala yang lebih rendah (nominal dan
ordinal), namun tidak berlaku sebaliknya.
Skala peta dapat diartikan
sebagai, a) perbandingan jarak antara
dua titik sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik tersebut di
permukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama), dan, b) perbandingan antara jari-jari globe dengan
jari-jari bumi (spheroid).Beberapa cara/ metode dalam menyatakan skala, adalah
sebagai berikut :
a). Skala angka/ skala pecahan (numerical scale)
Yaitu skala yang ditulis dengan
angka/ pecahan.Skala ini mempunyai kelebihan dapat langsung dibaca oleh para
pemakai peta. Sedangkan kelemahannya, tidak dapat
mengontrol kebenaran skala suatu peta yang telah mengalami perubahan baik
karena cuaca atau karena perubahan akibat pencetakan peta (perbesaran/ pengecilan).
Contoh : skala angka ( numerical scale ) yaitu 1 : 100.000, skala pecahan (
representative scale ) yaitu 1/ 100.000.
Hal ini menunjukkan bahwa satu
satuan jarak pada peta mewakili 100.000 satuan jarak horizontal di lapangan
/permukaan bumi. Ini berarti bahwa 1 cm di peta mewakili 100.000 cm di lapangan
atau 1 inchi
mewakili 100.000 atau 100.000/ 63.360 mile.
b). Skala Grafik ( graphical scale line )
Yaitu skala yang ditunjukkan oleh
garis lurus yang dibagi-bagi menjadi satuan yang sama panjang, tiap-tiap
unit/satuan menunjukkan panjang yang sebanding di lapangan. Skala ini
juga mempunyai kelebihan yaitu ikut berubah ( mengembang/ menciut ) sesuai
dengan perubahan bahan dasar peta yang bersangkutan sehingga dapat mengontrol
ketelitian skala suatu peta walaupun sudah diperkecil/ diperbesar. Sedangkan
kelemahannya, sulit dimengerti secara langsung oleh para pemakai peta.
c). Skala verbal ( verbal scale )
Yaitu skala yang dinyatakan dengan
kalimat. Pada peta-peta yang tidak menggunakan satuan pengukuran metrik (
misalnya pet-peta di Inggris), pernyataan skala dengan kalimat sering
dilakukan.
Contoh : one inch to one mile =1: 63.360
2.4.2 Peta
Pengertian peta secara umum adalah
gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil
dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas. Sudahkah Anda
memahami pengertian dari peta tersebut? Mudah bukan? Beberapa ahli
mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun pada hakikatnya semua
mempunyai inti dan maksud yang sama. Berikut beberapa pengertian peta dari para
ahli.
a. Menurut ICA (International
Cartographic Association)
Peta adalah gambaran atau representasi
unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada
kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
b. Menurut Aryono Prihandito (1988)
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan
skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
c. Menurut Erwin Raisz (1948)
Peta adalah gambaran konvensional dari
ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat
vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan
sebagai penjelas.
d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan
penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para
perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan. Dengan
menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang berada di permukaan
bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota, lokasi pegunungan, sungai,
danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan sebagainya. Ketampakan yang
digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua yaitu ketampakan alami dan
ketampakan buatan manusia (budaya).
Dewasa ini sudah dikenal adanya peta digital
(digital map), yaitu peta yang berupa gambaran permukaan bumi yang diolah
dengan bantuan media komputer. Data yang diperoleh berupa data digital dan
hasil dari gambaran tersebut dapat disimpan dalam suatu media seperti disket,
CD, maupun media penyimpanan lainnya, serta dapat ditampilkan kembali pada
layar monitor komputer. Biasanya peta digital ini dibuat dengan menggunakan
software GIS (Geography Information system). Ilmu yang mempelajari tentang peta
dan pemetaan disebut dengan kartografi dan orang yang ahli dalam bidang peta
dan pemetaan disebut kartograf.
· Syarat Peta
Syarat yang harus dimiliki sebuah peta adalah:
a. Conform
Conform adalah bentuk peta yang di gambar harus sebangun dengan
keadaan sebenarnya di lapangan.
b. Equidistance
Equidistance adalah jarak di peta dikalikan skalanya harus sama
dengan jarak sebenarnya di lapangan.
c. Equivalent
Equivalent adalah daerah atau bidang yang digambar di peta
setelah diperhitungkan dengan skalanya harus sama dengan keadaan sebenarnya.
· Manfaat Peta
Manfaat peta antara lain adalah:
1.
Memberikan gambaran
fisiografis secara umum permukaan bumi dan suatu daerah / wilayah (bentuk,
relief, iklim, jenis tanah. jenis vegetasi).
b. Menunjukkan dan menggambarkan lokasi atau letak suatu kawasan atau wilayah atau obyek geografis lainnya.
b. Menunjukkan dan menggambarkan lokasi atau letak suatu kawasan atau wilayah atau obyek geografis lainnya.
2.
Memperlihatkan ukuran
(luas, bentuk, arah, dan jarak) suatu obyek geografi peta.
3.
Mengetahui keadaan sosial,
budaya, ekonomi suatu daerah (jumlah penduduk, persebaran penduduk).
4.
Dapat menjadi alat bantu
pendidikan untuk mempelajari muka bumi dan segala fenomena geografi.
5.
Dapat menjadi alat bantu analisis suatu
penelitian.
· Unsur-unsur Peta
Unsur-unsur peta yang tertera adalah antara lain:
a. Judul peta
Judul peta memberikan informasi yang digambarkan serta tempat
data tersebut di ambil.
b. Skala peta
Skala peta adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak
antara peta dan jarak sesungguhnya, skala peta dibagi menjadi dua , yaitu:
1. Skala
angka, skala angka merupakan skala yang menggunakan perbandingan angka.
2. Skala garis, skala garis adalah skala menggunakan gambar garis untuk menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di bumi.
2. Skala garis, skala garis adalah skala menggunakan gambar garis untuk menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di bumi.
c. Garis astronomi
Garis astronomi adalah sebidang garis yang terdiri dari garis
lintang dan bujur yang mewakili ukuran derajat, menit, dan detik. Garis
astronomi mencerminkan letak absolut suatu tempat.
d. Arah / tanda orientasi
Tanda orientasi dicantumkan untuk mengetahui orientasi peta,
sehingga pembaca dapat mengetahui arah tempat yang dipetakan.
e. Legenda / keterangan
Legenda merupakan keterangan dari tanda yang terdapat pada peta
agar pembaca lebih mudah memahami isi peta.
f. Simbol peta
Simbol peta adalah tanda yang digunakan untuk mewakili
kenampakan sebenarnya pada peta, meliputi kenampakan alami sebuah sungai,
gunung, danau dan lain-lain dan kenampakan buatan seperti jembatan, gedung
sekolah, dan lain-lain.
Simbol peta di bedakan menjadi tiga, yaitu:
Simbol peta di bedakan menjadi tiga, yaitu:
1.
Simbol titik, digunakan
untuk menggambarkan penyebaran berbagai fenomena di permukaan bumi.
2.
Simbol garis, digunakan
untuk mewakili data geografis yang berhubungan dengan jarak.
3.
Simbol luasan / bidang /
area, digunakan untuk mewakili suatu area dengan simbol yang
mencakup kawasan luasan tertentu.
g. Inset
Inset adalah sebuah penjelasan daerah pada peta berupa peta
kecil yang terdapat pada peta utama.
h. Warna
Tujuan penggunaan warna pada peta adalah untuk menunjukkan
perbedaan keadaan wilayah, menunjukkan kualitas (perbedaan obyek) dan kuantitas
(jumlah nilai tertentu) serta memberi nilai keindahan peta.
i. Sumber data dan tahun pembuatan
Untuk mengetahui dasar pembuatan dari sebuah peta.
j. Lettering
Lettering adalah tulisan atau angka untuk mempertegas makna
simbol-simbol yang ada pada peta.
k. Garis tepi
Garis tepi adalah batas tepi peta dan berfungsi untuk meletakkan
garis-garis astronomis beserta derajat-derajat (garis lintang dan bujur).
· Jenis Peta
Jenis peta dapat di bedakan menjadi :
a. Jenis peta berdasarkan isinya
1. Peta Umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan seluruh bentuk
kenampakan alam yang ada di permukaan bumi, baik kenampakan asli maupun
kenampaka buatan. Peta Umum di bedakan lagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Peta Dunia, peta dunia adalah peta yang mengfgambarkan bentuk dan letak
muka bumi serta wilayah setiap negara di dunia dengan skala tertentu.
b. Peta Topografi, atau biasa disebut peta rupa bumi yaitu peta yang
menggambarkan permukaan bumi beserta tinggi rendahnya.
c. Peta Korografi, peta korografi adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi,
baik sebagian maupun seluruhnya yang bercorak luas dan dengan skala kecil.
2. Peta Khusus
2. Peta Khusus
Peta khusus adalah peta yang menggambarkan suatu kenampakan alam
tertentu yang ada dipermukaan bumi.
b. Jenis peta berdasarkan bentuknya
Jenis peta berdasar bentuknya dapat dibedakan menjadi:
1.
Peta Digital, peta yang digambarkan
pada sebuah aplikasi komputer, biasanya menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG).
2. Peta Timbul (relief), Peta timbul atau relief adalah peta yang menggambarkan bentuk sebenarnya dari permukaan bumi.
3. Peta Datar, Peta datar adalah peta yang digambarkan dalam bidang datar
berbentuk dua dimensi.
c. Jenis peta berdasarkan skalanya
Berdasarkan skalanya , peta dapat di bagi menjadi:
1. Peta Kadaster / Teknik, peta kadaster atau teknik adalah peta yang memiliki skala
antara 1:100 hingga 1:5.000. Banyak dipakai oleh Departemen Dalam Negeri dan
Dinas Agraria (Badan Pertanahan Nasional).
2. Peta Skala Besar, peta ini memiliki skala antara 1:5.000 hingga 1:250.000 yang
digunakan untuk menggambarkan daerah dengan skala sempit, seperti peta
kecamatan.
3. Peta Skala Menengah, memiliki skala antara 1:250.000 hingga 1:500.000 yang
digunakan untuk
1.4.3
Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama dari suatu datum/bidang acuan tertentu. Konsep dari garis
kontur dapat dengan mudah dipahami dengan membayangkan suatu kolam air. Jika
air dalam keadaan tenang, maka tepi permukaan air menunjukkan garis yang
mempunyai ketinggian yang sama dan garis tersebut akan menutup pada tepi kolam
membentuk garis kontur. Jika permukaan air turun, sebagai contoh permukaan air
turun 5 meter, maka tepi dari permukaan air akan membentuk garis kontur yang
kedua. Demikian selanjutnya setiap permukaan air turun akan membentuk garis
kontur yang lainnya Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur
adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan
profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek
(bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah
asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat
dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar
dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat
dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga
akan mengalami pengecilan sesuai skala
peta.
Garis kontur memiliki sifat sebagai
berikut :
Garis kontur pada prinsipnya adalah suatu
perwujudan dari perpotongan antara suatu benda dengan suatu bidang datar, yang
dilihat dari atas. Maka garis kontur mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Berbentuk
kurva tertutup.
b. Tidak
bercabang.
c. Menjorok
ke arah hulu jika melewati sungai.
d. Menjorok
ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.
e. Tidak
tergambar jika melewati bangunan.
f. Garis
kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.
g. Garis
kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai
h. Satu
garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
i.
Garis kontur berharga lebih rendah
mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
j.
Rangkaian garis kontur yang berbentuk
huruf "U" menandakan punggungan gunung.
k. Rangkaian
garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang.
l. Garis kontur tidak pernah saling berpotongan,
kecuali dala keadaan ekstrim
m. Garis
kontur akan merenggang kalau topografi landa dan rapat jika curam
n. Garis kontur tidak akan bertemu atau
menyambung dengan garis kontur nialai
lain
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1 komentar on "Laporan Ilmu Ukur Wilayah"
nggk ada daftar pustakanya?
Posting Komentar