Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 01 Desember 2015

Artikel Mekanika Fluida tentang Proses Pengairan Pada Lahan Rawa




                                                                                               
Proses Pengairan Pada Lahan Rawa
Pemanfaatan lahan rawa dapat dijadikan lahan alternatif untuk pengembangan pertanian, meskipun perlu pengelolaan yang tepat, dukungan kelembagaan yang baik dan profesional serta pemantauan secara terus menerus. Hal itu disebabkan karena karakteristik dari ekosistem lahan rawa yang bersifat marjinal dan rapuh.
Jika dilihat dari lingkungan sekitar tempat kunjungan menunjukkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di lahan rawa diperlukan pendekatan yang menyeluruh menyangkut perbaikan lahan dan kemampuan sosial ekonomi masyarakat setempat. Selain tanaman pangan seperti padi, palawija, dan umbi-umbian dan perkebunan seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit, beberapa tanaman sayur mayur dan buah-buahan dapat ditanam dengan pengelolaan yang baik. Akan tetapi produktivitas tanaman yang dapat dicapai di lahan rawa sangat tergantung pada tingkat kendala dan ketepatan pengelolaan. Prinsip penting yang harus diterapkan jika akan berhasil bertani di lahan rawa adalah pengelolaan air atau sering disebut tata air  bukan hanya dimaksudkan untuk menghindari terjadinya banjir atau genangan yang berlebihan di musim hujan. Juga harus dimaksudkan untuk menghindari kekeringan di musim kemarau. Selain itu, juga untuk menghindari bahaya kekeringan lahan sulfat masam dan lahan gambut.
Setiap tumbuhan pasti membutuhkan ketersediaan air yang cukup untuk proses tumbuh dan berkembangnya tumbuhan tersebut. Pada kunjungan yang dilaksanakan di daerah pemulutan terdapat lahan rawa yang kering dan kosong yakni tidak terdapat satu pun tumbuhan. Lahan tersebut adalah lahan yang akan dijadikan area persawahan oleh penduduk, namun saat musim kemarau menjadikan lahan tersebut tidak bisa ditanam tanaman yang cocok. Pada lahan ini sengaja dibuat petak-petak kecil yang bertujuan untuk membuat kebutuhan air yang diperlukan sama atau seimbang, karena dalam suatu lahan atau wilayah tidak pasti rata, jika kebutuhan air berbeda maka tanaman atau padi yang tumbuh tidak akan sama rata.
 







Untuk melakukan pengelolaan air dalam suatu kawasan yang luas harus membuat jaringan reklamasi sehingga keberadaan air bisa dikendalikan. Ada tiga jenis tata air untuk lahan rawa yaitu tata air makro, tata air mikro, dan tata air dalam lahan pertanaman. Seluruhnya terkait satu sama lainnya dan dilakukan pengelolaan dalam suatu kawasan yang luas.
Oleh karena kawasannya yang luas, maka pembangunan dan pemeliharaannya harus dilaksanakan secara kolektif. meningkatkan kesejahteraan petani rawa. Pada kasus ini, penduduk mencoba membuat kolam reseivoir yang dibuat di tengah lahan. Dan pada saat musim kemarau lahan tersebut bisa ditanami tanaman seperti, palawija, sayuran atau tanaman lain yang cocok.
Tata air makro
Lahan rawa memerlukan tata air makro dengan membuat saluran drainase dan irigasi yang terdiri atas saluran primer, sekunder, dan tersier. Saluran drainase dibuat guna menampung dan menyalurkan air yang berlebihan dalam suatu kawasan ke luar lokasi. Sebaliknya saluran irigasi dibuat untuk menyalurkan air dari luar lokasi ke suatu kawasan untuk menjaga kelembaban tanah atau mencuci senyawa-senyawa beracun.
 







Oleh sebab itu, pembuatan saluran drainase harus dibarengi dengan pembuatan saluran irigasi. Selain itu, perlu dibangun tanggul penangkis banjir di sepanjang saluran karena drainase saja sering tidak mampu mengatasi luapan air musim hujan. Kemudian diperlukan waduk retarder atau chek dam atau sering juga disebut dengan kolam resivoir yang telah dibuat penduduk yaitu waduk yang dibuat di lahan rawa lebak atau lebak peralihan.. Fungsi waduk ini untuk menampung air di musim hujan, mengendalikan banjir, dan menyimpannya untuk disalurkan di musim kemarau.
Selain itu, juga diperlukan  saluran intersepsi yang berfungsi untuk menampung aliran permukaan dari lahan kering di atas lahan rawa. Letaknya pada perbatasan antara lahan kering dan lahan rawa. Saluran ini sering dibuat cukup panjang dan lebar sehingga menyerupai waduk panjang. Apabila ada kelebihan air akan disalurkan melalui bagian hilir ke sungai sebagai air irigasi.






Tata air mikro
Tata air mikro ialah pengelolaan air pada skala petani. Dalam hal ini, pengelolaan air dimulai dari pengelolaan saluran tersier serta pembangunan dan pengaturan saluran kuarter dan saluran lain yang lebih kecil. Saluran tersier umumnya dibangun oleh pemerintah tetapi pengelolaannya diserahkan kepada petani. Pengelolaan air di tingkat petani bertujuan untuk mengatur agar setiap petani memperoleh air irigasi dan membuang air drainase secara adil. Untuk itu diperlukan organisasi di tingkat desa. Kemudian, pengelolaan di tingkat petani juga menciptakan kelembaban tanah di lahan seoptimal mungkin bagi pertumbuhan tanaman serta mencegah kekeringan lahan sulfat asam dan lahan gambut.

Tata air dalam lahan pertanaman
Kuarter merupakan saluran di luar pertanaman yang paling kecil. Di dalam lahan, dibuat saluran drainase intensif yang terdiri dari saluran kolektor dan saluran cacing. Pengaturan lahan dapat ditata dengan sistem caren dan surjan. Pada sistem ini saluran drainase intensif dibuat setelah selesai pembuatan. Sedangkan, pada lahan yang ditata dengan sistem sawah dan tegalan, pembuatan saluran setelah pengolahan tanah. Saluran kolektor dibuat mengelilingi lahan. Untuk saluran kolektor yang berhubungan dengan saluran irigasi diberi pintu pada bagian hulu. Sedangkan saluran kolektor yang berhubungan dengan saluran drainase diberi pintu pada bagian hilir. Pintu cukup dibuat dengan cara menggali tanggul dan dapat ditutup sewaktu-waktu dengan cara menimbun kembali. Sedangkan posisi saluran cacing sebaiknya dibuat tegak lurus dengan saluran kolektor.
Untuk proses pengairan tersebut air yang didapatkan oleh penduduk adalah dari sebuah sungai yang dialirkan dalam sebuah bendungan kecil, dan bendungan itu seharusnya bersih dari kotoran atau rumput yang tumbuh di sekitarnya yang nantinya akan menghalangi aliran air untuk masuk ke dalam bendungan. Disetiap bendungan dibuat pintu air yang berguna sebagai tempat keluar masuknya air menuju bendungan. Pintu air sengaja dibuat tidak berhadap-hadapan, misalnya pintu satu dibuat agak kekiri dan yang lainnya agak kekanan, maksudnya adalah agar pada saat air mengalir dari sungai menuju bendungan tidak terjadi erosi.
 









Air merupakan unsur penting bagi tanaman. Di samping berfungsi langsung dalam proses pertumbuhan, air juga berfungsi dalam mengendalikan gulma, mencuci senyawa-senyawa beracun, dan menyuplai unsur hara.
Sementara di sisi lain, air juga menjadi kendala jika keberadannya tidak diatur dan kualitasnya menjadi kurang baik atau beracun. Oleh sebab itu, pengelolaan air dalam pertanian lahan rawa perlu mendapatkan perhatian secara serius dan kolektif.


0 komentar on "Artikel Mekanika Fluida tentang Proses Pengairan Pada Lahan Rawa"

Posting Komentar

 

Coretan Singkat Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez